Amalan Istighotsah Amallillah
MATERI AMALAN ISTIGHOTSAH AMALLILLAH
Materi amalan
istighotsah AMALLILLAH yang telah dibakukan dan diijazahkan oleh sepuh kita,
Orang tua kita,Pimpinan kita, atau lebih sering dalam komunitas jamaah
istighotsah AMALLILLAH kita sebut dengan
Imam adalah sebagai berikut;
1.TAWASUL
1.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan
suratul Fatihah 11 kali kepada Nabiullah
Muhammad
saw, Nabiullah
Nuh as, Nabiullah Ibrahim as, Nabiullah Musa as dan Nabiullah Isa as.
2.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan
suratul Fatihah kepada Nabiullah Hidir as.
3. Bertawasul
dengan menghadiahkan bacaan suratul Fatihah kepada Hasan dan Husen.
4.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan
suratul fatihah kepada Bp.Aiyon Suharis ( yang telah
mengijazahkan amalan ini )
5.Bertawasul
dengan menghadiahkan bacaan suratul Fatihah kepada Prabu Sina.
6.Bertawasul
dengan menghadiahkan bacaan suratul Fatihah kepada Jabar sin.
7.Bertawasul
dengan menghadiahkan bacaan suratul Fatihah kepada Ayu Triwulan.
8.Bertawasul
dengan menghadiahkan bacaan suratul fatihah kepada Ronggeng dinasti.
9.Bertawasul
dengan menghadiahkan bacaan suratul fatihah kepada Abuyung sejagat.
10.Bertawasul
dengan menghadiahkan bacaan suratul fatihah kepada Pak Kurnia.
11.Bertawasul
dengan menghadiahkan bacaan suratul fatihah kepada Kedua orang tua.
Tentang tawasul ini banyak menjadi pembicaraan bahkan
menjadi perdebatan antara yang pro dan kontra dengan tata cara berdoa dengan
diawali bertawasul. Insya Allah pada seasen sajian berikutnya akan saya sajikan
pendapat dan kajian para ulama tentang tawasul yang Saya kutip dari berbagai
sumber.
Tentang nama-nama yang dijadikan wasilah (baca=Ditawasuli )
diatas menimbulkan pertanyaan baik tentang tokoh maupun keshalehanya sehingga
layak ditawasuli atau dijaadikan wasilah dalam rangkaian istighotsah atau doa,
mengingat nama-nama tersebut banyak yang terkesan tidak arabi dan sarat dengan
kesan nama-nama local. Berkenaan dengan hal ini penulis secara jujur
menyampaikan belum pernah mendapatkan penjelasan langsung dari Bapak Aiyon
suharis selaku yang menyusun rangkaian amalan istighotsah AMALLILLAH dan
kemudia mengijazahkan kepada kita semua ataupun dari fihak-fihak lain yang
kredibel. Namun sebagian besar jamaah sepakat meyakini tokoh-tokoh yang
ditawasuli (baca=dijadikan wasilah) adalah tokoh-tokoh yang berkompeten dan
berkaitan dengan urusan atau perjalanan amanah AMALLILLAH yang diemban oleh
beliau. Kemudian bahwa ada nama-nama yang terkesan asing dalam khazanah
pengamal dan amalan istighotsah(baca= tidak arabi,atau bukan nama yang terkesan
islami) seperti Ayu triwulan,Ronggeng Dinasti,Abuyung sejagat dapat menimbulkan
keraguan akan esensi tawasul atau berwasilah. Baiklah akan saya coba kemukakan
pendapat.
Nama-nama yang terkesan lokal dan tidak berkesan
arabi(baca=tidak berasal dari kata atau bahasa arab) yang dipakai oleh seseorang
tokoh tidaklah selalu dapat dijadikan alasan untuk menganggap bahwa orang
tersebut bukanlah tokoh islam. Coba kita cermati, dalam sejarah penyebaran dan perkembangan agama
islam dijawa pada era walisongo, para penyebar agama islam pada waktu itu
memakai nama lokal mungkin dengan tujuan agar bisa diterima dan mudah
dikenal oleh masyarakat jawa pada waktu itu, kadang kala
nama lokal yang dipakai dikaitkan dengan peristiwa yang di alami oleh tokoh
tersebut, contoh Raden sahid yang setelah episode kehidupannya membawa dia
menjadi brandal lokajaya kemudian bertemu Raden Makdum Ibrahim atau sunan
Bonang kemudian berguru kepadanya dan disuruh bertapa dipinggirkali, setelah
selesai melaksanakan perintah gurunya dan dianggap cukup memiliki ilmu untuk
menyebarkan agama islam kemudian memakai nama sunan kalijaga atau dalam logat
jawa tengah disebut Sunan Kalijogo. Raden makdum Ibrahim sendiri dikalangan
masyarakat jawa lebih dikenal dengan nama sunan Bonang. Menurut cerita rakyat
gelar itu diberikan kepada beliau atas kemahiran beliau memainkan salah satu
alat musik gamelan jawa yaitu Bonang, bahkan ada pendapat lain justru beliaulah
yang menciptan alat musik tersebut. Ada contoh lain penyebar agama islam yang
memakai nama local seperti Syekh Syarif Hidayatullah yang oleh masyarakat
Cirebon lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung jati karena beliau tinggal
disebuah tempat yang bernama Gunung Jati.
Dari contoh yang penulis utarakan diatas,penulis bermaksud
agar kita menghapus keraguan kita untuk bertawasul kepada nama-nama tersebut
diatas, tentu dengan alasan tertentu dapat kita terima bila Bapak Aiyon Suharis
tidak atau belum memberikan penjelasan tentang tokoh-tokoh tersebut. Namun
marilah kita berkhusnudzon, dan percaya serta yakin dengan takdzim kepada
beliau bahwa rangkaian usamalan istighotsah AMALLILLAH yang beliau ijazahkan
kepada kita semua telah dan akan beliau pertanggung jawabkan dalam dimensi
keilmuan.
2.AMALAN
1.Ayat Kursi. Tentang kajian ayat kursi telah saya sajikan
pada postingan saya terdahulu.
Ada beberapa bilangan jumlah bacaan ayat kursi dalam
rangkaian istighotsah AMALLILLAH yakni
Ayat Kursi 7x,50x,170x. kalau dengan bilangan Asma’u
Nabiyyina 201x,kalau dengan bilangan Ashabul thalut atau bilangan Ashabul Badri
313x.Kalau dengan bilangan Anbiya’walmursalin 1000x.
Adanya beberapa bilangan jumlah bacaan ayat kursi pada
pelaksanaan istighotsah tentu memiliki makna dan tujuan serta merupakan
tatacara dalam pengamalan istighotsah disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan
ataupun kebutuhan pengamalnya. Karena tatacara pengamalan dan jumlah bilangan
bacaan ayat kursi ini telah memasuki khazanah/wilayah keilmuan dan dimensi
kebatinan maka penulis tidak berani mengemukakan dalam sajian ini.Untuk hal ini
sebaiknya kita berhubungan langsung kepada yang mengijazahkan amalan ini atau
kepada yang dianggap lebih mengerti.
2.Surat Al-Fil.
Jumlah bacaan Surat Al-Fil adalah 41x atau 100x
Sampai saat ini penulis belum mendapatkan rujukan kajian
tentang surat Al-Fil. Insya Allah bila penulis telah mendapatkan rujukan
literatur tentang surat Al-Fil akan penulis sajikan agar kita lebih memahami
mengapa surat Al-Fil dimasukan dalam rangkaian amalan istigotsah AMALLILLAH.
3.Doa surat Al-Fil.
Dengan kita mengamalkan (baca=membaca berulang-ulang dalam
jumlah tertentu)surat-surat atau ayat-ayat Al-Quran berarti kita berwasilah
dengan amal shaleh kita…Insya Allah. Sedangkan doa dapat di fahami sebagai anak
panah /penajam amalan yang merupakan
bentuk interaksi langsung dan hubungan mutlak kita kepada sang penetap manfaat
dan mudharatnya suatu perkara.Maka sebaik-baiknya doa kita sampaikan dengan
sungguh-sungguh dan penuh keyakinan kepada Allah swt agar kita dapat meraih
manfaat dari amaliyah ibadah yang kita lakukan dengan seizinNya….Biidznillah.
Wallahu alam.
Demikian sajian saya tentang penjelasan materi amalan
istighotsah AMALLILLAH semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan kita serta
tak lupa penulis mengajak kepada khususnya segenap jamaah istighotsah
AMALLILLAH dan seluruh keluarga besar Yayasan AMALLILLAH untuk senantiasa mengamalkanya
secara istqomah dengan sungguh-sungguh mengharap ridho Allah swt. Amin Ya
Rabbal alamin……Wassalam..
Saya menganggap jamaah Amalillah hanyalah buatan orang2 jawa yang kolot dan terlalu mendewakan suku mereka. Secepatnyalah kalian BERTAUBAT.
BalasHapusMengatakan dan menuduh bahkan mengecam seseorang, bukan berarti orang yang menuduh dan mengecam keberadaannya benar dalam pandangan Allah SWT. Mengaca pada diri sendiri adalah sangat penting untuk memperbaiki diri.
BalasHapusAmalan mengharap pencairan dana niiih..bukan amalan untuk mendekatkan diri pada yg kuasa
BalasHapus