Sabtu, 02 Maret 2013

Amalan Istighotsah Amallillah


Amalan Istighotsah Amallillah

 
MATERI AMALAN ISTIGHOTSAH AMALLILLAH
Materi  amalan istighotsah AMALLILLAH yang telah dibakukan dan diijazahkan oleh sepuh kita, Orang tua kita,Pimpinan kita, atau lebih sering dalam komunitas jamaah istighotsah AMALLILLAH  kita sebut dengan Imam  adalah sebagai berikut;
1.TAWASUL
      1.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan suratul Fatihah 11 kali  kepada Nabiullah Muhammad 
        saw, Nabiullah Nuh as, Nabiullah Ibrahim as, Nabiullah Musa as dan Nabiullah Isa as.
      2.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan suratul Fatihah kepada Nabiullah Hidir as.
      3. Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan suratul Fatihah kepada Hasan dan Husen.
      4.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan suratul fatihah kepada Bp.Aiyon Suharis ( yang telah
        mengijazahkan amalan ini )
      5.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan suratul Fatihah kepada Prabu Sina.
      6.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan suratul Fatihah kepada Jabar sin.
      7.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan suratul Fatihah kepada Ayu Triwulan.
      8.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan suratul fatihah kepada Ronggeng dinasti.
      9.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan suratul fatihah kepada Abuyung sejagat.
    10.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan suratul fatihah kepada Pak Kurnia.
    11.Bertawasul dengan menghadiahkan bacaan suratul fatihah kepada Kedua orang tua.
Tentang tawasul ini banyak menjadi pembicaraan bahkan menjadi perdebatan antara yang pro dan kontra dengan tata cara berdoa dengan diawali bertawasul. Insya Allah pada seasen sajian berikutnya akan saya sajikan pendapat dan kajian para ulama tentang tawasul yang Saya kutip dari berbagai sumber.
Tentang nama-nama yang dijadikan wasilah (baca=Ditawasuli ) diatas menimbulkan pertanyaan baik tentang tokoh maupun keshalehanya sehingga layak ditawasuli atau dijaadikan wasilah dalam rangkaian istighotsah atau doa, mengingat nama-nama tersebut banyak yang terkesan tidak arabi dan sarat dengan kesan nama-nama local. Berkenaan dengan hal ini penulis secara jujur menyampaikan belum pernah mendapatkan penjelasan langsung dari Bapak Aiyon suharis selaku yang menyusun rangkaian amalan istighotsah AMALLILLAH dan kemudia mengijazahkan kepada kita semua ataupun dari fihak-fihak lain yang kredibel. Namun sebagian besar jamaah sepakat meyakini tokoh-tokoh yang ditawasuli (baca=dijadikan wasilah) adalah tokoh-tokoh yang berkompeten dan berkaitan dengan urusan atau perjalanan amanah AMALLILLAH yang diemban oleh beliau. Kemudian bahwa ada nama-nama yang terkesan asing dalam khazanah pengamal dan amalan istighotsah(baca= tidak arabi,atau bukan nama yang terkesan islami) seperti Ayu triwulan,Ronggeng Dinasti,Abuyung sejagat dapat menimbulkan keraguan akan esensi tawasul atau berwasilah. Baiklah akan saya coba kemukakan pendapat.
Nama-nama yang terkesan lokal dan tidak berkesan arabi(baca=tidak berasal dari kata atau bahasa arab) yang dipakai oleh seseorang tokoh tidaklah selalu dapat dijadikan alasan untuk menganggap bahwa orang tersebut bukanlah tokoh islam. Coba kita cermati, dalam  sejarah penyebaran dan perkembangan agama islam dijawa pada era walisongo, para penyebar agama islam pada waktu itu memakai nama lokal mungkin dengan tujuan agar bisa diterima dan mudah dikenal  oleh  masyarakat jawa pada waktu itu, kadang kala nama lokal yang dipakai dikaitkan dengan peristiwa yang di alami oleh tokoh tersebut, contoh Raden sahid yang setelah episode kehidupannya membawa dia menjadi brandal lokajaya kemudian bertemu Raden Makdum Ibrahim atau sunan Bonang kemudian berguru kepadanya dan disuruh bertapa dipinggirkali, setelah selesai melaksanakan perintah gurunya dan dianggap cukup memiliki ilmu untuk menyebarkan agama islam kemudian memakai nama sunan kalijaga atau dalam logat jawa tengah disebut Sunan Kalijogo. Raden makdum Ibrahim sendiri dikalangan masyarakat jawa lebih dikenal dengan nama sunan Bonang. Menurut cerita rakyat gelar itu diberikan kepada beliau atas kemahiran beliau memainkan salah satu alat musik gamelan jawa yaitu Bonang, bahkan ada pendapat lain justru beliaulah yang menciptan alat musik tersebut. Ada contoh lain penyebar agama islam yang memakai nama local seperti Syekh Syarif Hidayatullah yang oleh masyarakat Cirebon lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung jati karena beliau tinggal disebuah tempat yang bernama Gunung Jati.
Dari contoh yang penulis utarakan diatas,penulis bermaksud agar kita menghapus keraguan kita untuk bertawasul kepada nama-nama tersebut diatas, tentu dengan alasan tertentu dapat kita terima bila Bapak Aiyon Suharis tidak atau belum memberikan penjelasan tentang tokoh-tokoh tersebut. Namun marilah kita berkhusnudzon, dan percaya serta yakin dengan takdzim kepada beliau bahwa rangkaian usamalan istighotsah AMALLILLAH yang beliau ijazahkan kepada kita semua telah dan akan beliau pertanggung jawabkan dalam dimensi keilmuan.
2.AMALAN
1.Ayat Kursi. Tentang kajian ayat kursi telah saya sajikan pada postingan saya terdahulu.
Ada beberapa bilangan jumlah bacaan ayat kursi dalam rangkaian istighotsah AMALLILLAH yakni
Ayat Kursi  7x,50x,170x. kalau dengan bilangan Asma’u Nabiyyina 201x,kalau dengan bilangan Ashabul thalut atau bilangan Ashabul Badri 313x.Kalau dengan bilangan Anbiya’walmursalin 1000x.
Adanya beberapa bilangan jumlah bacaan ayat kursi pada pelaksanaan istighotsah tentu memiliki makna dan tujuan serta merupakan tatacara dalam pengamalan istighotsah disesuaikan dengan tujuan dan kepentingan ataupun kebutuhan pengamalnya. Karena tatacara pengamalan dan jumlah bilangan bacaan ayat kursi ini telah memasuki khazanah/wilayah keilmuan dan dimensi kebatinan maka penulis tidak berani mengemukakan dalam sajian ini.Untuk hal ini sebaiknya kita berhubungan langsung kepada yang mengijazahkan amalan ini atau kepada yang dianggap lebih mengerti.
2.Surat Al-Fil.
Jumlah bacaan Surat Al-Fil adalah 41x atau 100x
Sampai saat ini penulis belum mendapatkan rujukan kajian tentang surat Al-Fil. Insya Allah bila penulis telah mendapatkan rujukan literatur tentang surat Al-Fil akan penulis sajikan agar kita lebih memahami mengapa surat Al-Fil dimasukan dalam rangkaian amalan istigotsah AMALLILLAH.
3.Doa surat Al-Fil.
Dengan kita mengamalkan (baca=membaca berulang-ulang dalam jumlah tertentu)surat-surat atau ayat-ayat Al-Quran berarti kita berwasilah dengan amal shaleh kita…Insya Allah. Sedangkan doa dapat di fahami sebagai anak panah /penajam  amalan yang merupakan bentuk interaksi langsung dan hubungan mutlak kita kepada sang penetap manfaat dan mudharatnya suatu perkara.Maka sebaik-baiknya doa kita sampaikan dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan kepada Allah swt agar kita dapat meraih manfaat dari amaliyah ibadah yang kita lakukan dengan seizinNya….Biidznillah. Wallahu alam.
Demikian sajian saya tentang penjelasan materi amalan istighotsah AMALLILLAH semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan kita serta tak lupa penulis mengajak kepada khususnya segenap jamaah istighotsah AMALLILLAH dan seluruh keluarga besar Yayasan AMALLILLAH untuk senantiasa mengamalkanya secara istqomah dengan sungguh-sungguh mengharap ridho Allah swt. Amin Ya Rabbal alamin……Wassalam..

3 komentar:

  1. Saya menganggap jamaah Amalillah hanyalah buatan orang2 jawa yang kolot dan terlalu mendewakan suku mereka. Secepatnyalah kalian BERTAUBAT.

    BalasHapus
  2. Mengatakan dan menuduh bahkan mengecam seseorang, bukan berarti orang yang menuduh dan mengecam keberadaannya benar dalam pandangan Allah SWT. Mengaca pada diri sendiri adalah sangat penting untuk memperbaiki diri.

    BalasHapus
  3. Amalan mengharap pencairan dana niiih..bukan amalan untuk mendekatkan diri pada yg kuasa

    BalasHapus