Selasa, 05 Maret 2013

GEGURITAN


             GEGURITAN

GUSTI
Paduka wonten pundi
Dangu sampun kulo upadi
Manggul pitaken kang mengku wigati
Kados pundi menggah gesang kulo puniki
GUSTI YWANG MAHA AGUNG
Wonten sakdawane lurung-lurung
Ambyur kali miwah minggah gunung
Lampah kulo mundhi dhawuh wewarah kekidung
Namung muhung manggih raos tumlawung
GUSTI YWANG MAHA KAWASA
Nenggih paduka ingkang paring wusada
Panggresahing jiwa kawula
Yekti dereng manunggal ing rasa
Pepadhang saking piwulang Ndika
GUSTI YWANG MAHA WIKAN
Saking pundi gesang kula apurwan
Nalika jaman dereng kenging winastan
Awang-uwung munggwing wewayangan
Paran samangke dereng kantenan
GUSTI YWANG MAHA TUNGGAL
Satuhu suwung ing kiblat paningal
Pinocek lawan driya kang winungkal
Linambaran arising budi akal
Prandene lampah kapeksa maksih ketriwal
GUSTI YANG MAHA WELAS
Wonten pundi dumunungipun arasy
Palenggahanipun sang suksma kawekas
Kados kang sinebat ing kitab lawas
Pinaes sabdaning para winasis pinulas
GUSTI YWANG MAHA ASIH
Kayungyun mring jumbuhing pamanggih
Pinuji puji enggala pinanggih
Piwulang utami salebete galih
Kinarya sangu sesrawungan mring kawula dasih
GUSTI YWANG MAHA SUCI
Winulat sabdaning para ulami
Tumprap wewarah agama suci
Pinongko oboring panggladhi
Panggulawenthahing gesang puniki
GUSTI YWANG MAHA MIRAH
Esthining kayun arsa jumangkah
Ngalab berkah sarta bebingah
Rinumpaka inayah binarung hidayah
Ngupadi mring sejatining panembah

5 maret 2013
Jati Makmur Pondokgede

Minggu, 03 Maret 2013

KANJENG RATU KIDUL DALAM PANDANGANKU


KANJENG RATU KIDUL DALAM PANDANGANKU
Setidak nya dari literatur yang saya baca tentang Ratu kidul dan dari cerita masyarakat yang hidup di wilayah Pelabuhan Ratu Sukabumi Jawa Barat maupun masyarakat yang hidup diwilayah pantai Parang kusumo Yogyakarta, ada dua versi legenda tentang Ratu Kidul, yakni versi jawa barat dan yang kedua versi yang berkembang di jawa tengah dan jawa timur.Kedua versi ini memiliki alur cerita dan tokoh yang berbeda dan tentunya gaya penyajian yang berbeda pula, namun meskipun dengan versinya masing-masing, dilihat dari masih terpeliharanya ritual-ritual adat yang berkenaan dengan legenda ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat sangat menghormati adanya Ratu Kidul baik sebagai sebuah legenda ataupun mitos. Bahkan dalam persepektif filsafat, dimana dari cerita tentang ratu kidul mengandung ajaran budi perkerti luhur untuk membangun keseimbangan antara unsur lahir dan batin.


CERITA RAKYAT ATAU LEGENDA TENTANG RATU KIDUL

 Versi yang pertama adalah legenda ratu Kidul yang berkembang dijawa barat

Ratu Kidul versi orang sunda dipercayai bahwa Dia adalah seorang putri raja Pajajaran yang buruk rupa dan mengidap penyakit kulit bersisik sehingga seluruh tubuhnya jelek tidak terawat.Karena merasa malu memiliki anggota keluarga yang memiliki penyakit seperti itu akhirnya sang putri diusir oleh saudara-saudaranya dari istana. Karena perasaan sedih dan kecewa, sang putri akhirnya berniat bunuh diri dengan cara menyeburkan diri kelaut selatan. Dikemudian hari pada saat rombongan kerajaan Pajajaran mengadakan ritual di Pelabuhanratu (menurut keyakinan masyarakat setempat peristiwa tersebut terjadi di Karang Hawu yang sampai kini masih ramai dijadikan obyek wisata religi) tiba-tiba muncul seorang putri yang sangat cantik jelita, setelah terjadi dialog diantara mereka, sang putri menjelaskan bahwa dirinya adalah putri yang dulu di usir dari istana dan kini telah menjadi Ratu makhluk halus dan menguasai seluruh Laut Selatan, kemudian oleh masyarakat disebut Ratu Kidul.
Versi yang kedua dari legenda Ratu Kidul adalah yang berkembang di jawa Tengah dan jawa Timur.
Adalah seorang putra mahkota dari kerajaan Jenggala di Kediri yang bernama Raden Panji Sekar Taji pergi meninggalakan kerajaan untuk mencari daerah kekuasaan baru.Sampailah dia ke hutan Sigaluh yang terdapat sebuah pohon beringin yang berdaun putih sehingga disebut Waringin Putih, alkisah didalam membabat hutan akhirnya pohon itupun ditebang,ternyata pohon Waringin Putih adalah istana tempat bersemayam raja lelembut yang bernama Sang Prabu Banjaran Seto.Dengan ditebangnya Waringin Putih membuat senang hati Prabu Banjaran Seto karena dapat menyempurnakanya untuk musnah dialam yang sebenarnya.Musnahnya Prabu Banjaran Seto ditandai dengan adanya sinar putih yang kemudian masuk ke tubuh Raden Panji Sekar Taji dan menambah kesaktianya.Dengan ini, singkat cerita Raden Panji Sekar Taji menikahi Retnaning Dyah Angin-angin yang merupakan adik kandung Prabu Banjaran Seto dan kemudian dinobatkan menjadi raja. Dari hasil perkawinan mereka pada hari Selasa kliwon lahirlah seorang anak putri yang cantik rupawan yang kemudian diberi nama Ratu Hayu.Oleh eyangnya (Eyang Sindhula) diberi nama Ratu Pagedongan dengan harapan kelak setelah dewasa akan menjadi wanita tercantik dijagat raya.Dan benar ternyata setelah dewasa Ratu Hayu tumbuh menjadi wanita cantik persis seperti ibunya. Pada suatu hari Putri Hayu meminta kepada Eyangnya yang konon sakti mandraguna agar kecantikanya abadi dan tidak menjadi tua.Atas kesaktian Eyang Sindula dan permohonanya diterima oleh dewa permohonan Ratu Hayu bisa terkabul dengan syarat harus merubah sifat menjadi badan halus.Setelah disepakati maka jadilah Ratu Hayu berubah menjadi makhluk Halus dan oleh ayahnya diberi kekuasaan diwilayah Laut selatan dan menjadi Ratu yang menguasai seluruh makhluk halus yang ada di sepanjang wilayah Laut Selatan dan bergelar Ratu Kidul. Selama memerintah di Laut Selatan Ratu Kidul tidak memiliki pendamping,Namun Kemungkinan Atas titah eyangnya yang sakti itu diramalkan bahwa Ratu Kidul pada saatnya nanti akan bertemu dengan Raja Agung dari tanah Jawa. Ramalan inilah yang menurut saya menjadi awal Kepercayaan masyarakat jawa tengah dan jawa timur yang mengalir secara turun-temurun dan khususnya dakam khazanah kebatinan masyarakat di jawa Tengah khususnya di daerah Solo dan Jogja bermuara pada Legenda pertemuan Ratu kidul dengan Panembahan Senopati Raja Agung dari Mataram yang menjadi cikal bakal raja-raja jawa di Keraton Surakarta dan Ngayogjakarta.

Perkawinan Panembahan Senopati dan Ratu Kidul
Tentang Mitos pertemuan antara Ratu kidul dengan Panembahan Senopati begini ceritanya. Konon sebelum Panembahan Senopati dinobatkan menjadi Raja di Mataram (baca=Mataram Baru= Mataram Islam, karena menurut sejarah jauh sebelumnya telah ada kerajaan yang bernama Mataram yang berdiri dengan agama hindu di sekitar daerah Magelang sekarang). Atas sebuah petunjuk, beliau melakukan tapabrata di Dlepih dengan Tapa Ngeli ( Bertapa Menghanyut disungai) agar kelak bisa menjadi raja yang mampu mengayomi rakyatnya.Dalam cerita pada waktu Panembahan Senopati Tapa Ngeli dihatinya dengan tulus,khusu dan istiqomah ia memohon anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa untuk mendapatkan Anugrah dariNya. Sampailah kemudian Tapa Ngelinya Panembahan Senopati kesebuah pertemuan dua sungai atau tempuran antara sungi Opak dan Sungai Gajah Wong yang hampir mendekati pantai Parang Kusumo. Akibat dari keteguhan hati Panembahan Senopati didalam menjalankan Talak Bratanya menimbulkan GORO-GORO di Laut Kidul. Sehingga tiba-tiba muncul badai yang dahsyat sehingga pohon-pohon dipantai tersapu badai tercabut beserta akar-akarnya,Laut bergolak ombak bergolak semakin lama semakin menjadi-jadi, Keteguhan Panembahan Senopati dan istiqomahnya dalam berdzikir mengagungkan asma Illahi menimbulkan hawa panas diLaut Kidul sehingga ikan-ikan bergelepakan terlempar kedarat, yang masih berada dilautpun sekarat dan terengah-engah tak bias bernafas. Kejadian bencana alam ini membuat penasaran sang penguasa laut selatan yakni Ratu Kidul untuk mencari apakah gerangan penyebabnya. Tentu hatinya sangat masygul merasa ada yang mengganggu ketentraman wilayah kekuasaanya dan tentu pula dia marah besar dan akan menghukum siapa saja yang telah merusak tatanan kedatonya. Karena seluruh punggawa Keraton Laut selatan sudah tidak mampu mengatasi masalah ini akhirnya Ratu Kidul muncul ke permukaan untuk mencari gerangan penyebab terjadinya goro-goro di Laut kidul tersebut.
Dalam pencarianya akhirnya Ratu Kidul bertemu dengan Panembahan Senopati yang sedang melakukan Tapa Ngeli di tempuran sungai opak dan sungai Gajah Wong. Rasa marah tak tertahankan yang dirasakan oleh Ratu kidul ingin segera menghukum orang yang telah mengusik ketenangan kedatonya itu. Ratu kidul segera bergegas untuk menemui Panembahan senopati yang masih asyik dengan dzikir-dzikirnya. Kaget bukan main Ratu kidul setelah mengetahui bahwa yang bertapa adalah seorang yang sangat tampan,rupawan dan gagah perkasa hingga ia terpesona. Dalam hatinya dia berucap sungguh tampan sekali orang ini sayang jika harus kubinasakan tanpa tahu lebih dulu apa maksud dari yang dia lakukan. Lantas kemudian terjadi dialog yang singkat ceritanya maksud daripada Panembahan Senopati bertapa ngeli ini adalah untuk memohon anugerah Tuhan agar dia kelak bisa menjadi Raja yang Agung yang bisa mengayomi rakyatnya. Mendengar penuturan sang Panembahan Senopati tentang keinginanya yang luhur itu maka luluhlah kemarahan Ratu kidul.Bahkan kemudian Ratu Kidul yang terpesona oleh ketampanan dan keluhuran budinya bersedia membantu terwujudnya cita-cita Panembahan Senopati dengan syarat asalakan Panembahan Senopati dan raja-raja jawa keturunannya bersedia menjadi suami Ratu kidul. Panembahan Senopati menyetujui syarat yang diajukan oleh Ratu kidul asalkan dari pernikahanya tidak menghasilkan anak.Setelah tercapai kesepakatan akhirnya alam menjadi tenang kembali. Dalam beberapa sastra jawa yang disuguhkan dalam bentuk tembang-tembang oleh para pujangga , cerita ini disuguhkan dengan pemanis tentang bagaimana mereka berdua seolah memadu kasih sebagaimana sepasang pengantin baru yang sedang dimabuk asmara.Ehm..
Sumber cerita diambilk dari http//www.antarpelajar.blogspot.com. tulisan yang sama juga pernah penulis baca di blog yang lain.
Tulisan yang penulis sajikan ini telah diedit ulang sesuai kepentingan penulis tanpa merubah alur cerita dalam naskah aslinya.

SUDUT PANDANGKU
Dari mitos atau legenda tentang Ratu Kidul dari dua versi yang terbagi dalam tiga pokok cerita diatas dapat kita petik suatu pelajaran berharga dari sudut pandang filsafat.

Dari cerita tentang Ratu Kidul versi Sunda.
Awal kutipan……Dia adalahseorang putri raja Pajajaran ……..mari kita menilik pada awal maksud Allahswt  menciptakan manusia. Ketika Nabiullah Adam as diciptakan maka seluruh malaikat dan Jin diperintahkan olehNya untuk bersujud pada Adam, dalam keterangan lain Manusia diturunkan kemuka bumi untuk menjadi khalifah. Kita adalah kerturunan Adam,yang demikian tentunya kita adalah keturuan Raja, penggambaran mengapa disini putri bukan putra raja Pajajaran, karena menjadi sifat dasar manusia bila belum menempuh  perjalanan pemahaman dan mencapai kesadaran total untuk pasrah pada Kodrat Illahi masih memiliki sifat-sifat yang dapat di gambarkan sebagai sifat wanita seperti lemah,takut, ragu-ragu,cendung bengkok dan mudah putus asa. Dalam tulisan ini saya tidak bermaksud mendiskreditkan kaum hawa yang di alam modern ini wanita sedang gencar-gencarnya mengekploitasi potensi,kemampuan dan kemandirianya dibawah panji-panji emansipasi. Namun penulis hanya bermaksud untuk lebih mudah mengupas cerita diatas dari sudut pandang penulis dalam persepetif filsafat. ………….. Awal kutipan……seorang putri raja pajajaran yang buruk rupa dan mengidap penyakit kulit bersisik sehingga seluruh tubuhnya jelek tidak terawat…….Mari kita lihat diri kita, adakah diri kita ini bersih suci? Bukankah kita ini tanpa kita sadari telah mengidap penyakit hati? dari hari kehari selalu mengotori lidah kita dengan sumpah serapah? Memenuhi perut kita dengan barang haram? Menghiasi mata kita dengan pandangan maksiat? Bukankah telinga kita lebih suka mendengar desah-desah maksiat daripada mendengar fatwa seorang ulama? Kita harus sadar bahwa hidup kita selalu bergelimang dosa dan tanpa mengenal lelah kita setiap waktu selalu disibukan untuk memenuhi pundi-pundi  dosa…….Awal kutipan…..Akhirnya dia diusir dari istana…..Sebersit kesadaran bahwa hidup kita penuh dengan dosa membuat kita merasa asing dari kehidupan kita sendiri, kita terusir dari dari wilayah ketentraman batin……. Awal kutipan….Karena perasaan sedih dan kecewa, sang putri akhirnya berniat bunuh diri dengan mnyeburkan diri di laut selatan……..Niat bunuh diri disini tidak penulis pandang secara harfiah sebagai tindakan putus asa kemudian menempuh jalan sesat yang dilarang oleh agama, tetapi untuk menyeburkan diri dilautan atau samodra keagungan Illahi memang diperlukan kebulatan tekad atau sikap berani mati apapun dasar alasanya agar kita dapat total pasrah tanpa memikirkan lagi urusan fisik keduniawian (baca= untuk mati=meninggal dunia=meninggalkan dunia=meninggalkan keduniawian)untuk dapat melebur dalam samodra keagunganNya.Sebagaimana digambarkan dalam cerita pewayangan bagaimana Bratasena dengan tekad bulat menyeburkan diri kedalam samodra atas petunjuk guru Druna kemudian mengalahkan seluruh godaan dan cobaan yang berwujud apa saja hingga akhirnya bertemu guru sejati yakni dewa Ruci yang kemudian memberikan petunjuk untuk menggapai anugrah Tuhan berupa hikmah atau pemahaman akan esensi hidup sejati yang digambarkan sebagai banyu Tirtaperwitasari atau air kehidupan.Tentu bila kita kaji dengan hati yang tulus dan senatiasa memohon hidayah Allah swt dan dengan tekad yang bulat untuk menjalankan rambu-rambuNya dan istiqomah dalam beramar makruf nahi munkar didalam mengarungi samudra kehidupan ini banyak hikmah yang bisa kita petik sebagai pembelajaran selama kita bisa mengalahkan keangkuhan dan keserakahan nafsu kita sendiri……… Awal kutipan……tiba-tiba muncul seorang putri yang sangat cantik jelita……Setelah kita mampu melepaskan diri kita dari belenggu dosa dengan senantiasa beristighfar dengan hati dan segenap jiwa, pasrah total dalam kuasaNya,istiqomah dalam berharap akan hidayah dan inayahNya, bertekad bulat untuk didalam mengimplementasikan makna taubatannasuha berarti kita telah larut dalam samodra keagungan Illahi, senantiasa akan kita hiasi dan percantik kehidupan kita dengan amalan-amalan shaleh……….Awal kutipan…..dan telah menjadi Ratu makhluk halus dan menguasai seluruh Laut Selatan……Menjadi Ratu makhluk halus dapat kita maknai meRATUi (baca= Merajai=Menguasai=Mengatur=Mengendalikan) makhluk halus (baca=Barang halus=Sesuatu yang tidak tampak oleh mata) makhluk(baca=Wujud=ada) yang meskipun ada,tetapi karena bersifat halus maka tidak tampak oleh mata (baca= sesuatu yang ghaib=sesuatu yang ginaib=sesuatu yang hanya bisa kita lihat dengan mata batin atau ainun qolbi). Manusia hidup didunia ini terdiri atas unsur lahir yang tampak oleh mata dan unsur batin. Kita harus mampu menyelaraskan antara dua unsur kehidupan ini, yakni antara memelihara dan menmfungsikan jasad lahir kita dan juga memelihara dan memfungsikan batin kita.Dalam khazanah batin sering kita kenal istilah nafsu.Maka bila kita dapat mengendalikan nafsu kita yang empat perkara berarti kita telah meRATUi atau meRAJAi kehidupan kita ditengah-tengah kita mengarungi laut atau samodra kehidupan.. Wallahualam..

Dari cerita tentang Ratu Kidul versi jawa tengah dan jawa timur pada bagian cerita kedua.
Awal kutipan……..Raden Panji Sekar Taji pergi meninggalakan kerajaan untuk mencari daerah kekuasaan baru…..Adalah memberikan suri tauladan yang amat luhur agar sikap kita untuk mencapai sesuatu yang kita cita-citakan kita lebih mengandalkan kepada sikap dan mental kemandirian serta usaha kita pribadi tidak mendandalkan warisan orang tua atau karena jerih payah orang lain.Intinya sikap dan perbuatan Raden Panji Sekar Taji memberikan contoh kepada kita untuk senantiasa memupuk rasa dan sikap mandiri didalam upaya kita untuk menggapai yang kita inginkan…..awal kutipan…..Alkisah didalam membabat hutan akhirnya pohon itupun ditebang…..Makna yang terkandung didalamnya bahwa dalam mengerjakan sesuatu harus tuntas, tidak hanya dipilih yang mudah-mudah dan yang enak-enak saja. Sebagaimana digambarkan pohon beringin putih yang lebat daunya dan penuh dengan akar-akar sulur yang menyentuh tanah adalah tidak mudah menebangnya, diperlukan kerja keras dan semangat serta etos kerja yang handal untuk dapat merobohkanya…….awal kutipan…..senanglah hati Prabu Banjaran Seta karena dapat menyempurnakanya…… Dibalik sebuah kerja keras yang kita kerjakan dengan tuntas sudah barang tentu terdapat hikmah yang menghadirkan kemanfaatan bagi diri kita maupun bagi orang lain…..awal kutipan….  sinar putih masuk masuk ketubuh….menambah kesaktianya….Raden Panji Sekar Taji menikahi Retnaning Dyah Angin-angin dan dinobatkan menjadi raja……
Bila kita lakukan sebuah pekerjaan dengan sungguh-sungguh tidaklah mustahil akan tercapai sesuatu yang kita inginkan bahkan kadang-kadang hasilnya melebihi dari apa yang kita inginkan, dan bukankah bila kita melakukan suatu kebaikan maka Allah akan membalasnya dengan berlipat ganda?........awal kutipan…..lahirlah seorang anak putri yang cantik rupawan………Episode kehidupan ini tidaklah terputus melainkan selalu berkesinambungan berkaitan antara satu dengan lainya. Sebuah cita-cita luhur atau niat baik, dilaksanakan dengan penuh semangat, kerja keras dengan cara-cara yang benar pada akhirnya akan memperoleh hasil yang baik juga…….. awal kutipan…… diberi nama Ratu Hayu…oleh Eyangnya yang sakti mandraguna diberi nama Ratu Pagedongan dengan harapan…..menjadi wanita tercantik sejagadraya…..Didalam mengerjakan sesuatu tentu harus dimulai dengan nawaitu yang baik, itikad yang baik dan penuh pengharapan dengan sungguh-sungguh memohon kepada Allah swt dilandasi sikap yang selalu berprasangka baik (baca=khusnudzon), bahwa Allah swt pasti akan mengabulkan doa kita. Dan kita harus sakti mandra guna seperti Eyang Sindhula yang artinya kita harus mampu(baca=sakti mandraguna) memanjatkan do’a dengan khusu, tidak memohon kepada selain Dia dengan mematuhi adab didalam berdo’a agar do’a kita mampu menjangkau kekuasaan Illahi…….awal kutipan……….. …..meminta….agar kecantikanya abadi….. Adalah sesuatu yang lumprah bila kita memiliki sesuatu yang kita sayangi dan kita banggakan ingin kita miliki selamanya. Bukankah dalam kehidupan kita sehari-hari dapat kita jumpai contoh itu? Setiap orang bekerja keras untuk bias hidup layak bahkan kaya, adakah mereka berkerja keras agar dia hidup lebih miskin? Adakah mereka yang sudah hidup layak atau kaya berbondong-bondong unjuk rasa dan berjamaah mohon kepada Allah agar mereka kembali hidup  miskin? Begitupun dalam kehidupan batiniah kita, setelah pencapaian kita pada IMAN yang baik menjadi umat ISLAM yang baik apalagi sampai pada menjadi IKHSAN yang baik haruslah kita pertahankan agar langgeng dalam kehidupan kita. Mempertahankan sesuatu itu lebih berat dari pada ketika berusaha menggapainya. Oleh karena itu kita harus senantiasa memohon kepada Allah swt dengan sungguh-sungguh agar ditetapkan iman dan Islam kita untuk mencapai yigkatan ikhsan. Bila dalam suatu perkara kita membutuhkan batuan orang lain maka berwasilahlah pada orang-orang yang shaleh agar kita terhindar dari perbuatan syirik….Wallahualam…..

Dari cerita tentang Ratu Kidul versi Jawa Tengah pada bagian cerita ketiga
Awal kutipan……Atas petunjuk….beliau….tapa Ngeli….disungai……. Bagi Panembahan Senopati melakukan sesuatu tentu tidak hanya sekedar mengikuti keinginan hati semata,melainkan yang beliau lakukan adalah atas dasar petunjuk Allah, meskipun dalam cerita diatas tidak disebutkan tentang siapa yang memberi petunjuk agar beliau melakukan sebuah ritul tapa ngeli. Tentu kita sepakat bahwa petunjuk itu berasal dari Allah swt karena beliau adalah sosok seorang muslim yang taat. Tentu ini memberikan pelajaran kepada kita agar didalam kita memutuskan untuk melakukan sesuatu terlebih dulu kita senantiasa memohon petunjuk kepada Allah baik itu dengan banyak-banyak bedzikir maupun dengan mendirikan shalat istikharah agar apa yang kita lakukan benar-benar merupakan petunjuk Illahi bukan sekedar karena mengikuti keinginan hati semata, walaupun apa yang akan kita lakukan tersebut baik menurut kita. Karena yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Tuhan.Apalagi yang akan kita lakukan tersebut sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak. Tentang tapa ngeli, melakukan sebuah ritual didalam air tentu sudah banyak kita dengar dengan berbagai macam tatacaranya, ada yang berendam,ada yang ngeli / menghanyutkan diri disungai dengan tidur diatas rakit, ada yang berendam ditempuran atau pertemuan dua sungai dan lain sebagainya, ada juga pernah penulis temui sebuah ritual para pelaku spiritual berendam didalam bak mandi karena jauh dari sungai atau laut,disini penulis tidak akan membahas tentang itu tetapi penulis mencoba mengambil pelajaran dari cerita tentang tapa ngeli ini dari sudut pandang filsafat sebagai hasil dari sebuah renungan. Tapa Ngeli, penulis tafsirkan sebagai hanyut dan menghanyutkan diri pada arus dan aliran Kekuasaan kodrat Allah swt. Bukankah sungai-sungai itu adalah ciptaan Allah? Bukankah yang menciptakan air yang mengalir di sungai-sungai kemudian mengatur dan memelihara aliran airnya adalah Allah?.Didasari pada pemahaman bahwa semua yang terjadi didunia ini adalah kehendak dan atas izin dari Allah swt, baik yang terjadi itu sesuatu yang kita sukai maupun sesuatu yang tidak kita sukai. Maka dalam tapa ngeli tidaklah benar lantas kita mengambil sikap pasrah yang pasif membiarkan diri kita terbawa arus air sungai yang mungkin saja bisa menghempaskan kita dengan arusnya ke bebatuan yang ada disungai itu  tanpa kita berbuat sesuatu untuk bertahan dalam tujuan agar kita selamat sampai ditempat yang kita tuju. ……Awal kutipan …..Sampailah tapangelinya….dipertemuan dua sungai atau tempuran….    Bertahan menghanyutkan diri dalam pertemuan dua sungai  secara fisik dapat kita bayangkan bagaimana deras arusnya bukanlah pekerjaan yang mudah, sebagai mana kita harus dapat menyelaraskan atas mengalirnya kehendak/kemauan/keinginan kita dengan mengalirnya kehendak/Allah swt tidaklah mudah.Apa yang kita inginkan belum tentu sesuai dengan keinginan Allah swt, Apa yang menurut kita benar belum tentu benar menurut Allah swt.Tak jarang dalam kehidupan, kita sering salah dalam menafsirkan ketetapan Allah swt hanya karena tidak sesuai dengan keinginan kita. Satu contoh pada saat istri kita hamil kita bersungguh-sungguh berdo’a agar kita diberikan anak laki-laki, Namun Allah swt memberi kita anak perempuan, tentu yang Allah swt tetapkan adalah yang terbaik untuk kita.Tentu dimulut kita tetap terucap rasa syukur, walaupun anak kita lahir perempuan tetapi bayi dan ibunya diberikan keselamatan, Namun nun jauh dilubuk hati kita yang paling dalam benarkah hati kita Ridha akan ketetapan Allah ataukah kita hanya sebatas rela (dimulut belaka? )   Bukankah kalau kita jujur situasi ini melahirkan kontradiksi dalam batin kita? Sehinggga jiwa kita bergolak sebagaimana bergolaknya arus ditempuran dua buah sungai?…..Awal kutipan….Hampir mendekati pantai Parang kusumo………Tempuran atau pertemuan dua sungai itu telah mendekati Pantai Parang Kusumo yang berarti telah mendekati bibir atau pintu gerbang menuju Samudra.Bila kita dapat menyelaraskan pergolakan hati yang timbul akibat dari bertemunya dua kepentingan yakni kepentingan kita dan kepentingan sesuai yang dikehendaki Allah swt dan kemudian kita sadari bahwa kepentingan Allah adalah yang harus diutamakan karena Dia Maha Mengetahui dan Maha Berkehendak, maka sesungguhnya kita telah mendekati Samudra Keagungan dan Rahmat Illahi sebagai muarannya.  Bukankah semua aliran sungai yang penuh dengan riaknya pada akhirnya akan bermuara ke laut/samodra? ……..Awal kutipan……. Talakbratanya menimbulkan GORO-GORO dilaut kidul………
Tidak terpenuhinya kebutuhan lahir sangat mempengruhi suasana batin. Pada situasi yang demikian akan menghadirkan suasana yang kontradiktif seperti timbulnya rasa gelisah,sedih, marah. Malas,putus asa dll..contohnya orang yang lapar menjadi cepat marah,orang yang sakit menjadi mudah merintih.tentu beda halnya dengan orang yang lapar karena disengaja, puasa misalnya, rasa laparnya justru akan membuat kesadaran jiwanya menjadi menjadi penuntun semakin tebalnya keimanan. …….Awal kutipan……Ratu kidul bertemu Panembahan Senopati……Untuk dapat memasuki atau menyeburkan diri dalam samudra kegungan Illahi perlu adanya keseimbangan lahir dan batin. Dimana dalam cerita ini Panembahan Senopati mewakili simbul unsur lahir sedangkan Ratu Kidul mewakili simbul unsur batin yang ghaib. Untuk dapat menyatukan keduanya tidaklah mudah, sering terjadi tarik menarik dan tolak menolak terhadap kepentingannya masing-masing
Salah satu contoh dalam kehidupan kita sehari-hari adalah saat kita melakukan shalat, ketika kedua tangan kita terangkat untuk bertakbiratul ikhram, mulut kita mengucap Allahuakbar, idealnya fikiran kita tidak lagi mengingat hal-hal lain sehingga kita dapat berkonsentrasi dan shalat yang kita dirikan menjadi khusu’ bertemu atau bersatunya antara gerak raga dan geraknya jiwa dapat menimbulkan suatu keyakinan  bahwa seolah- olah yang kita sembah muncul dihadapan kita dan akan kita rasakan kenikmatanya saat kita serasa bertemu Tuhan.
Dalam khazanah lelaku spiritual perlu adanya latihan-latihan atau riyadloh dengan benar dan berulang-ulang,  contohnya pada perguruan tenaga dalam sering kita jumpai tehnik latihan yang menggabungkan olah raga(baca=jurus),olah nafas dan dzikir ,sehingga pada akhirnya kita mampu menyatukan gerak raga dan gerak jiwa seiring sejalan dan selaras sehingga terbukalah qolbu kita untuk menerima signal-signal keagunganNya yang pada akhirnya membuat kita larut dalam keagungan dan kenikmatan rahmatNya.
…..Awal kutipan…..Ratu kidul….. Tampan,rupawan dan gagah perkasa……ia terpesona…… Tampan dan rupawanya Panembahan Senopati yang membuat Ratu kidul terpesona tentulah bukan ketampanan fisik semata, tampan rupawan seseorang dimata yang ghaib merupakan barometer kwalitas keimanan seseorang yang diwujudkan dalam peribadatanya.Sedangkan gagah perkasanya panembahan senopati melambangkan kesungguhan dari tekadnya dalam melakukan suatu pekerjaan yang telah diyakininya benar dan merupakan petunjuk Tuhan. ……..Awal kutipan……. Panembahan Senopati dan keturunanya ….menjadi suami Ratu Kidul…….Adalah jasad kita yang menjadi tempat bersemayamnya akal budi haruslah menjadi factor dominan atau suami yang dapat mengendalikan jiwa yang menjadi tempat bersemayamnya nafsu sehingga setiap produk nafsu kita haruslah berlandaskan kebenaran yang diolah oleh akalbudi dan dalam koridor yang diatur oleh nalar dalam persepektif syar,i. bukan saja untuk saat ini tetapi sampai masa-masa yang akan datang dan seterusnya…..awal kutipan…..Akhirnya alam tenang kembali….                       
Tenangnya alam dalam jagat alit atau mikrokosmos adalah tenang dan damainya kehidupan kita yang berarti kebahagian hidup kita yang hakiki sebagai hasil penyelarasan dan penyatuan geraknya raga dan geraknya jiwa untuk mereguk kenikmatan yang ada dalam Lautan keagungan samudra rahmatNya.
Wallahualam…
Akhir tulisan
               Penulis sangat memahami dan menghormati bahwa di kalangan masyarakat terdapat
               Berbagai pemahaman tentang Ratu Kidul, tentu dengan berbagai sudut pandang yang berbeda baik dalam dimensi kebatinan, kultur, filsafat bahkan dalam sudut pandang politik.Bahkan dalam khazanah pencarian harta AMANAH sering penulis baca dalam berbagai literature maupun dari hasil silaturahmi dengan para tokoh sepuh sering dihubungkan dengan keberadaan tokoh Kanjeng Ratu Kidul dan untuk didaerah jawa barat lebih sering disebut Bunda Ratu. Sehingga tulisan ini penulis sajikan tidak dimaksudkan untuk membantah dan mendebat pendapat yang lain, tetapi lebih pada tujuan agar kita dapat memetik pelajaran dari cerita tentang Ratu Kidul dalam persepektif fisafat sebagai hasil renungan penulis.
               Akhirnya semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi kita semua dan senantiasa teguh dalam pengharapan akan hidayah dan inayahNya. Wassalam.

Pengalamanku di Puncak Pesagi

PENGALAMANKU DIBUKIT PESAGI
Awal kisah
Adalah ditahun 2004, merupakan pengalaman pertama dalam hidupku mendaki gunung, sesuatu yang sebelumnya hanya menjadi sebuah keinginan yang belum pernah terwujud.                                         Diawali pertmuanku dengan sebuah perguruan tenaga dalam BUDISUCI ASMAUL JURUS  di daerah Transmigrasi Batumarta unit 5 Sumatra Selatan yang diasuh oleh seorang guru bernama Mbah Sukamadi, dikalangan para ikhwan /murid BUDISUCI ASMAULJURUS lebih akrab kami sebut dengan panggilan Mbah Guru. Sekilas tentang Mbah Guru yang berasal dari Ngawi ini adalah sosok yang sederhana,rendah hati,penuh perhatian. Pada setiap kesempatan untuk sarasehan bersama Mbah Guru, beliau sangat jarang bercerita tentang dirinya apalagi bila pembicaraan seputar keilmuan, justru beliau lebih suka menceritakan kehebatan ilmu kyai anu, mbah anu atau pendekar-pendekar jaman dulu. Ketika aku mencoba bertanya tentang pengalaman beliau berkenaan dengan ilmu Budisuci, beliau lebih senang menceritakan perjalanan beliau yang penuh dengan cobaan kesusahan pindah sana pindah sini sampai akhirnya menemukan ketenangan hidup setelah dengan istiqomah mengamalkan amalan Budisuci, tidak ada cerita hebat,tidak ada cerita heroic, tidak ada cerita yng disampaikan dengan berapi-api,semua cerita mengalir dengan lembut dan sederhana.Sangat jauh dari angan-anganku sebelumnya bahwa kalau aku masuk perguruan Budisuci aku akan memiliki ilmu  kebal, tahan bacok tahan tembak,bisa mengalahkan lawan yang berjumlah banyak dengan jurus ghaib,bisa mengambil pusakan atau benda-benda ghaib bahkan kalau bisa harta ghaib dan lain sebagainya.Walaupun pada awalnya kecewa karena ternyata ilmu Budisuci yang diwejangkan mbah Guru tidak seperti yang                              kuinginkan, Namun setelah lebih sering dapat bersilaturahmi dan mendapat wejangan beliau barulah   kusadari bahwa kesederhanaan ucapan dan perbuatan beliau mencerminkan kekayaan beliau akan hikmah yang beliau petik dari perjalanan hidupnya yang sarat dengan ujian dan cobaan kesulitan hidup, kerendahan hati beliau menggambarkan keluhuran budi sebagai cerminan kedalaman penghayatan beliau akan sikap dan perjalanan sufiismenya, Sikap beliau yang penuh perhatian pada setiap perkembangan muridnya dalam mempelajari ilmu Budisuci merupakan cerminan rasa tanggung jawab seorang guru terhadap muridnya yang tanpa pamrih.Kesimpulan itu membuat aku begitu takdim pada beliau, sangat ingin belajar banyak pada beliau sangat ingin mendalami ilmu budisuci yang menurut beliau mendalami ilmu Budisuci itu berarti “Nyemplung Kedhung jero kang tanpo winates”. Yang berarti memasuki telaga ilmu yang tanpa batas.
Pada suatu malam kesempatan aku sowan Mbah Guru, aku ceritakan tentang kehidupan keagamaanku kalau sejujurnya aku jarang shalat dan ingin sekali merasakan yang namanya shalat yang khusu’ itu seperti apa dan bagaimana caranya.Itulah awal cerita kemudian Mbah Guru memberikan petunjuk agar aku naik gunung. Semula aku bingung karena dalam hidup ini belum pernah mendaki gunung, dalam pikiranku apa kuat aku naik gunung semetara selama ini kepasar yang jauhnya paling-paling 1 kilometer saja aku naik motor waduh-waduh... tetapi yang namanya dhawuh guru mau tidak mau harus                kulaksanakan, apalagi memang dari aku sendirilah yang meminta petunjuk itu.Pilihan atas petunjuk beliau gunung yang harus kudaki adalah Bukit Pesagi yang ada di daerah Liwa Lampung barat.Berbekal keinginan yang kuat akhirnya kuputuskan untuk menjalankan perintah Mbah Guru. Setelah musyawarah bersama teman-teman akhirnya Aku,Mas Bejo,Mas Hardi,Adiku Murwiyanto,Sugiono,dan Mustakim sepakat untuk naik gunung. Terimakasih tak terhingga kepada saudaraku Teguh alamsyah dan Bustan yang tinggal di daerah Ranau karena berkenan menjadi penunjuk jalan kepintu pendakian gunung Pesagi bahkan akhirnya ikut mendampingi kami sampai kepuncak Pesagi.Tak lupa juga ungkapan terimakasih kepada abah Romli jurukunci gunung Pesagi yang telah memberikan penjelasan tentang tatakrama ziarah digunung Pesagi dan mang Udin Yang berperan sebagai pemandu dan membantu membawa perbekalan kami.
Mulai pendakian
Tak banyak yang bisa kuceritakan perjalan kami dari Batumarta sampai kepintu pendakian Gunung Pesagi. Yang jelas saat itu aku merasa yng paling gagah dengan ransel dan sepatu baru…hem manteb, apalagi aku adalah ketua rombongan..ehm..saat itu jarum jam telah menunjukan pukul13.23 wib.Kami mulai menelusuri perkebunan kopi milik warga setempat,tepatnya didaerah bahuway, hawa sejuk gunung sudah mulai terasa.Beberapa puluh meter kemudian jalan mulai menanjak,mulai terasa bedanya bila dibandingkan denganberjalan ditanah datar.Namun kami terus telusuri perkebunan kopi yang jalanya naik turun ,sesampainya di tempat yang namanya ledeng dengkul sudah mulai terasa lelah keringat mulai terasa membasahi tubuhku, sejenak aku istirahat ditemani adiku Sugi yang kulihat juga mulai kecapekan,maklum dia ngotot naik Gunung sambil tetap puasa biar lebih berkah katanya….he he.
Berbekal keinginan kuat sambil mengunyah gula merah yang diberikan temanku Bustan perjalanan kami lanjutkan, kurang lebih 1 jam kemudian kami telah sampai diwilayah hutan lindung yang menjadi pintu pendakian.Ditempat ini suasana hutan gunung sudah mulai terasa, kami mulai memeriksa kaki,satu dua Pacet sudah menempel di kaki.Hem..namanya juga dihutan.
Pakis Goyang
Entah sudah berapa jam kami berjalan mendaki, yang dapat ku ingat Cuma capek yang luar biasa saat itu, sampailah  kami ditengah hutan yang agak landai, “Mang masih jauh nggak?” tanyaku pada Mang Udin pemandu kami “ Ah enggak itu diatas dikit lagi kita sampai selter 1” jawabnya. Rombongan mulai terpecah menjadi beberapa kelompok, ada yang dua orang ada yang tiga orang. Sementara aku bersama Sugi dan Mang udin.Aku terus berjalan pelan mengimbangi Sugi yang sudah mulai terlihat pucat, Salutnya meskipun dia tampak kelelahan namun masih bertahan puasa dan menolak air minum yang kuberikan.Tiba-tiba mataku tertuju pada serumpun pohon pakis yang aneh menurutku, Karena hampir semua tumbuhan diam tenang karena memang tidak ada angin tapi pakis yang satu rupun itu bergoyang terus bahkan rumpun lain yang disekitarnya tetap diam.Jarak pakis itu dari tempatku berdiri kurang lebih 3 meter, penasaran rasanya ingin kudekati dan kuambil pakis aneh yang terus bergoyang itu.Tapi niat itu kubatalkan karena ingat pesan abah Romli si juru kunci tadi pagi”Kalau mau selamat sampai dipuncak jangan terpengaruh apa-apa. Melihat apapun jangan diambil” katanya. Akhirnya kuptuskan melanjutkan perjalanan, toh pikirku nanti pulangnya saja bisa kuambil. Sugi sudah mulai terlihat kelelahan “Jam piro mas?” tanyanya padaku.”Jam 5 seperempat’’jawabku”, ‘’Aku rakuat mas tak batalke yo?” katanya.”Ojo… tanggung mau-mau ragelem iki wis tanggung delo meneh buko,wis kepalang, ora eneng wong mati poso” katku sambil member semangat padanya. Melihat suasana Sugi sepertinya Murwiyanto tanggap, “Wis sampean disik mas aku tak bareng Sugi” katanya kepadaku.Akhirnya aku berjalan duluan agar segera sampai ke selter. Benar saja menjelang waktu maghrib kami sapai diselter 1, karena jalan mulai gelap kami putuskan mala mini kami istirahat di selter 1 kebetulan ada gubuk seng kira-kira muat untuk orang 4, namun kami tempati orang 8 hingga berjubel.Tapi tak apalah yng penting bisa istirahat, bersyukur kami bawa terpal.
Doa dan Tikus
Ini kisah yang menggelikan yang pada tahun-tahun kemudian selalu jadi cerita menarik setiap kami berkumpul. Saat itu sehabis shalat Isya kami melaksanakan istighotsah, Mas Bejo bertindak selaku Imam karena memang beliau yang diantara kami yang dianggap lebih mengerti, awalnya berjalan sebagaimana mestinya sampai seluruh rangkaian amalan selesai dibaca kemudian di sambung doa.Aku masih sempat mengamati teman-teman yang mulai pada kelelahan dan ngantuk.MasBejo terus melantunkan doa-doa amalan kami mengamini.Disinilah kemudian kami tiba-tiba di kejutkan oleh teriakan Murwiyanto”Asstaghfirullah hal adzim……..” Sontak kami semua menoleh kearah Murwiyanto.”Opo Mur”  reflek Sugi bertanya karena kaget.Kami tolah toleh saling beradu pandang dambil bertanya dalam hati apakah gerangan yang terjadi, Namun karena bacaan doa Mas bejo belum selesai kami masih terus mengamini, sementara Murwiyanto yang masih kaget…dan juga mungkin merasa bersalah karena teriakanya..kulihat plonga plongo seperti sapi ompong. Yang tadinya pada ngantukpun akhirnya melek karena kaget oleh teriakan Murwiyanto. Setelah doa selesai Mas Bejo langsung bertanya pada Murwiyanto sambil setengah mambentak “Opo to Mur..ngegetgeti wae!”, “Eneng tikus mlupat neng tanganku”.Hahahahaha Gerrrrrr spontan kami tertawa mendengar jawaban Murwiyanto yang polos sambil masih tetap plonga-plongo.”Hahaha mangkane Mur nek ndonga kui sing khusu, sakingkhusu”e nganti turu yo kuwi entuke tikus haha” seloroh mas Bejo. Mendapat seloroh mas Bejo Mur tampak tersipu.Kami tertawa terbahak-bahak. Ada-ada aja gumamku dalam hati sambil menahan geli.Sebagian teman-teman masih ngobrol ngalor ngidul sambil sesekali membahas yang baru saja dialami Murwiyanto, karena mataku sudah semakin sulit diajak kompromi akhirnya aku tidur. Esok harinya kami bangun pagi membut sarapan dan kurang lebih jam 11 perjalanan kami lanjutkan menuju puncak Pesagi.
Sampai di Puncak Pesagi
 Kurang lebih lima jam perjalanan kami tempuh dari selter satu menuju puncak Pesagi melewati medan yang lebih berat kadang harus menelusup dibawah pohon besar yang tumbang atau meniti diatasnya, dalam perjalanan itu rombongan kami terpecah, namun masih kuingat pesan juru kunci “Kalau kalian tersesat nanti di Pesagi aka nada yang menuntun yaitu panglima Burung”. Kemarin aku sendiri tidak paham apa maksudnya panglima burung, tapi ternyata benar adanya ketika rombongan terpisah Mas Teguh bilang”Kalau kagek tesesat peloki bae ado burung kecik dimano dio bebunyi peloki bae” ( Nanti kalau tersesat ikuti saja ada burung kecil dimana dia berkicau ikuti saja ), dan benar saja bagi rombonganku tiga orang yng terpisah dari Mang Udin si pemandu, kami mengikuti petunjuk burung.
Kurang lebih pukul 4 kami sampai kepuncak Pesagi.Saking harunya temanku Bustan langsung sujud syukur.Ternyata sebagai orang asli Ranau dia juga baru pertamakali naik ke puncak Pesagi.Alhamdulillah ternyata dipuncak Pesagi ada dua gubuk seng, yang satu telah diisi oleh penziarah yang lebih dulu tiba.Namun oleh mereka kami dipersilahkan untuk masuk kesatu gubuk. Teman-teman lain mulai menata perbekalan dan merebus air untuk ngopi dan masak.Sementara aku sendiri ingat pesan Mbah Guru untuk menanam rajah perguruan Budisuci dibawah batu besar yang ada di tengah halaman datar di puncak Pesagi.Konon ceritanya batu itu cor-coran jaman belanda.Hem berarti sebelum masa kemerdekaan sudah ada orang belanda yang sampai ke puncak Pesagi, mau cari apa ya?.Sementara Murwiyanto dan Sugi turun kelembah untuk mengambil air,konon kata Mang Udin mendapatkanair dipuncak Pesagi ini harus turun ke lembah yangkurang lebih 750 meter dalamnya.Masya allah aku jadi kepikiran Mur dan Sugi yng turun kesana, dalam hati aku memohon kepada Allah swt untuk keselamatan mereka.Kekhawatiranku lebih menjadi-jadi ketika tak lama kemudian turun hujan aku tak bisa membayangkan Mur dan Sugi yang harus turun dan naik lagi dari lembah dengan membawa air padahal kata Mang Udin hanya merambat berpegangan akar-akar- pepohonan yang ada,Masya Allah kalau terjadi apa-apa gimana pasti akulah orang yang pertama dituntut keluarganya karena aku ketua rombongan.Rupanya Mas Bejo juga merasakan kegelisahan yang sama dengan yang kurasakan “Wis ndonga wae dik” katanya menghiburku.Kekhawatiranku hilang setelah tak lama kemudian keduanya muncul dengan menggendong air yang dibungkus plastic dan dimasukan kedalam ransel, Alhamdulillah….lega rasanya melihat Mur dan Sugi selamt tak kurang satu apapun.
Di Puncak Pesagi aku bertemu Tuhan
Ketika anda membaca sub judul diatas janganlah anda membayangkan saya bertemu Tuhan seolah-olah saya bertemu dengan Tuhan yang berwujud jasadi, tentu adalah bertemu Tuhan dalam persepetif filosofi dalam dimensi kebatiniahan.
Malam itu adalah malam kedua kami berada digunung Pesagi. Cuaca dipuncak Pesagi sangat ekstrem uuaaaadeemmm tenaaann kata mas Hardi dengan logat ngawinya.Namun kami lawan rasa dingin itu dengan tetap kekeh sesuai agenda untuk melaksanakan istighotsah AMALLILLAH.Tak terasa seluruh rangkaian amalan yang panjang  telah kami laksanakan.Kemudian kami istirahat sambil menikmati secangkir Kopi. Nikmat sekali rasanya nyruput kopi dipuncak gunung Pesagi yang dingin sambil ngobrol ngalor ndidul sama teman-teman, dan tak ketinggalan rokokan.Sekedar mengurangi penat saya rebahan meluruskan pinggang, semetara Mas Bejo dan Mas Hardi keluar dari gubuk untuk wiridan.Ada rasa syukur bercampur tak percaya ternyata akhirnya sampai juga saya ke puncak Pesagi.Ada rasa syukur dan bahagia yang tak terlukiskan. Entah telah berapa batang rokok saya habiskan,Sejenak kulirik arloji ditanganku telah menunjukan pukul 04.27 wib, hampir masuk waktu subuh pikirku, sementara teman yang lain masih pulas dibuai mimpi.Aku bergegas keluar gubuk, benar saja sayup-sayup nun jauh disana dari kampung yang berada di kaki bukit Pesagi terdengar suara adzan pertanda waktu subuh telah tiba. Aku menuju kehalaman yang datar dimana  kulihat Mas Bejo,Mas Hardi dan Murwiyanto masih asyik dengan wiridanya masing-masing.Aku segera mengambil tempat dengan berdiri untuk mengumandangkan adzan.Inilah awal kisah yang  kumaksud bertemu Tuhan. Saat itu udara semakin terasa dingin menerobos pori-pori kulitku,serasa membelah dagingku yang seakan beku menembus tulang dan menusuk-nusuk sampai terasa keseluruh sumsumku, angin bertiup kencang, hembusanya sangat dahsyat menghapus suara kumandang adzan yang tadi terdengar dari kampung bawah, bahkan suara adzanku sendiri hampir-hampir tak terdengar tersapu oleh suara angin semakin lama membuat semakin sayup suara adzanku, matakupun terpejam, tiba-tiba seluruh bulu kuduku meremamg.Sejenak mataku terbuka pandangku lurus kedepan, terlihat awan putih menggulung beterbangan kesana kemari tertiup angin saling bersinggungan bertabrakan dan menyatu menjadi bentuk gulungan kabut yang lebih besar lagi menutup pandanganku hingga tak tampak apapun olehku sesuatu yang berada lebih dari sedepa dari tempatku berdiri.Sekilas kutundukan kepala untuk melihat Mas Bejo Mas Hardi dan Murwiyanto yang tadi masih wiridan..Subhanallah… mereka tinggal samar-samar terlihat olehku, seluruh badannya telah tersapu kabut bahkan ketika kulirik sajadahku juga sudah tidak tampak. Tubuhku semakin bergetar hebat kurasakan seluruh tubuhku lunglai, persendianku lemas sekujur tubuhku basah oleh keringat meskipun udara sangat dingin. Suara adzanku terasa parau, aku merasa seakan-akan terbang kelangit sendirian tiada teman tiada siapa-siapa karena memang semuanya semakin tak terlihat oleh mata, Kupaksakan kesadaranku atas penglihatanku namun semua semakin tak tampak, semetara suara hembusan angin semakin membuat kesadaranku limpung, pandanganku mulai gelap, gumpalan kabut yang semula putih berubah menjadi hitam pekat semakin lama semakin kelam hingga tak tampak apa-apa lagi,semua terasa semakin hampa, hampir saja kuputuskan tidak menyelesaikan adzan, namun kesadaranku masih membawaku punya rasa malu pada Mas Bejo,Mas Hardi dan Murwiyanto yang kuingat tadi ada didepanku.Mataku semakin perih kusadari aku telah menangis, lidahku semakin kelu hingga adzanku terputus-putus.Tubuhku terguncang,Kesadaranku semakin pudar, awan pekat diatas kepalaku membuat serasa aku terbang tinggi, Tinggi sekali semakin lama semakin tinggi seolah-olah kepalaku tinggal sejengkal menyentuh langit, meskipun hatiku bertekad menyelesaikan adzan aku tahu suara sudah tidak lagi keluar dari mulutku, namun kupaksakan menyelesaikanya, hingga setelah kalimat Allahu akbar…Allahua kbar…Laa illaha ilallah. Aku terduduk,tangisku tak dapat kutahan lagi meski tak menjerit aku sesenggukan sejadi-jadinya tubuhku kian lunglai dudukpun aku tak mampu hingga kubiarkan tubuhku ambruk kedepan seperti posisi sujud jantungku tak lagi berdegup kencang justru semakin lama semakin lambat, telingaku terasa tuli tak lagi kudengar suara angin, mataku seperti buta tak ada satupun yang terlihat, penciumanku hilang hingga tak mampu menghirup aroma minyak zafaron yang kuoleskan disajadahku, aku tak tahu lagi apa yang terjadi, kehampaan menyeruak direlung hatiku, seolah diriku telah berada dipintu maut, rasa takut yang hebat menyelimuti hatiku, ingin rasanya aku berlari tapi aku tak mampu menggerakan tubuhku, aku tak tahu harus berbuat apa, aku tak ingat lagi harus mengucap apa,untuk sekian lama aku merasa kesunyian, sepi sekali,aku tak tahu apa yang harus kulakukan, aku merasa di tempat yang asing entah dimana dan seperti apa, Kesadaranku luluh lantak,akhirnya kubulatkan suara hatiku……….Ya Allah aku pasrah…………semua kembali sunyi, hatikupun sepi, aku tak ingat siapa-siapa lagi, aku tak ingat apa-apa lagi,….tiba-tiba didepanku muncul sosok berpakaian serba putih, aku kaget bukan kepalang dengan kehadiranya,Tubuhku kembali terguncang, kocoba mendongakan kepala…Subhanallah…Tajub ketika samar-samar kulihat wajahnya yang tidak tampak jelas, Rasanya aku mengenal wajah itu, wajah itu mengingatkanku waktu aku bercermin.. ya..aku kenal wajah itu.. itu adalah wajahku sendiri.. aku bingung harus berbuat apa, suara hatiku ingin bertanya… kamu siapa? Dari mana? Mau apa? Kenapa? Dan segudang pertanyaan yang tak satupun mampu terucap, lidahku kelu….Hingga samar-samar kudengar dia bicara…Bacalah Syahadat…kemudian sosok itu hilang dari pandanganku entah kemana…semua semua kembali sunyi…berkecamuk seribu pertanyaan dalam hati, Ku gosok-gosok kedua mataku,Mimpikah aku? Lama aku terduduk sambil berusaha menyadari yng baru saja terjadi,Tapi aku tetap bingung, hingga tiba-iba sesuatu menyentuh pundaku… ada suara..Dik ayo shalat… sejenak aku terhenyak dari kebingunganku,kubuka kedua mataku pelan-pelan, kusadari Mas Bejo berdiri disampingku mengajaku untuk shalat subuh,Kulihat teman-teman telah berkumpul untuk melaksanakan shalat subuh. Dengan sisa-sisa kekuatan tubuhku aku berdiri. Kami shalat subuh berjamaah. Disaat shalat subuh,jujur pikiranku masih kacau,aku tidak bisa kosentrasi, bahkan untuk bacaan shalat sering aku lupa, kejadian yang baru kualami benar-benar menguasai alam pikiranku. Setelah selesai shalat subuh, amalan, dan doa, teman-teman sebagian bubar,hanya beberapa orang yang melakukan wiridan. Semetara aku masih duduk tertunduk dalam kebingunganku. Entah berapa lama, otaku belum bisa menyadari apa yang baru saja kualami, hingga kemudian Murwiyanto dan Sugi lari-lari sambil berkata.. Mas-mas neng sumur pitu eneng banyune, aku mau raup.Mendengar apa yang mereka sampaikan aku jadi ingat bahwa konon sangat jarang orang menemukan air disumur tujuh dipuncak Pesagi itu.Mas Bejo segera mengajaku kesana.. Subhanallah… sesampainya kami disana kami berdua mencium aroma wangi yang sangat harum sekali, bahkan aku dan Mas Bejo tak bisa menggambarkan wangi aroma itu sangat beda dengan aroma minyak wangi yang sering kami pakai.Kami mencari sumber aroma itu, ternyata dari air sumur tujuh, sedangkan sumur tujuh itu sendiri tak lebih hanya berupa lobang-lobang keci sebesar batok kelapa, teringat cerita tentang keanehan sumur tujuh itu lantas Mas Bejo mengajaku mandi. Tentu hanya sekedar mengoleskan air itu ke badan karena airnya Cuma sedikit dan kami hanya bisa menggunakan tangan untuk mengambil airnya, konon menurut cerita Juru kunci sebelum kami naik kemarin air sumur tujuh bisa menghadirkan berbagai khasiat dan manfaat..Wallahu alam..Sejak peristiwa yng kualami itu aku lebih banyak diam,aku tak banyak cerita sama teman-teman sampai kami pulang.Setelah dirasa hari mulai terang dan kami sudah sarapan yang disediakan oleh mang Udin dan Mas Teguh kami berkemas-kemas untuk turun dari puncak pesagi.
Pengalaman ini kuceritakan tanpa adanya maksud pamer ataupun mengaku-ngaku. Namun semata-mata menyajikan pengalaman selama kami mengamalkan amalan istighotsah AMALLILLAH. Kemudian tentang sosok yang saya lihat setelah adzan baru dikemudian hari aku mendapatkan penjelasan dari Mbah Guru, bahwasanya kita manusia yang banyak dosa ini tidak mungkin ketemu Tuhan secara Dzat yang wujud(baca=tampak oleh mata).
Melainkan adalah sedulur saya sendiri yang berwujud ghaib, dan yang demikian adalah bukti kekuasaan dan keagungan Allah swt Yang Maha Menghendaki….Subhanallah…Maha Suci Allah…Tuhan Yang Maha Kuasa…memberikan ilmu(baca=pemahaman) sesuai kemampuan umatnya masing-masing. Alhamdulillah.
Sarimie sumpit gagang
Perjalanan kami turun dari Puncak Pesagi tak banyak yang kuingat karena fikiranku masih kacau dengan apa yang baru kualami subuh tadi.Perbekalan makanan sengaja hanya kami bawa seperlunya,selebihnya kami berikan kepada penziarah yang masih berada dipuncak, bahkan ada satu orang penziarah yang konon sudah dua tahun berada disana dan belum turun.Ketika kami sudah sampai dikaki Bukit Pesagi sejenak kami istirahat perut sudah mulai terasa menyanyikan lagu keroncong entah lagu apa yang jelas bukan keroncong bengawan solo karangan gesang yang sangat melegenda itu.Perbekalan yang masih tersisa tinggal beberapa bungkus Sarimi.Tapi kami bingung mau dimasak dimana sedangkan dihutan itu semua kayu basah.Akhirnya Mur membuka satu bungkus sarimi dan menadahkan plastiknya ke air yang mengalir di lereng bukit,Melihat cara Mur kamipun ikut-ikutan..daripada gak ada yang dimakan…piker kami. Giliran mau makan bingung lagi karena tangan pada kotor,Akhirnya saya mengambil gagang pakis dan kami jadikan sumpit.Dikemudian hari saat kami berkumpul makan mie selalu menjadi selorohan “Mana sumpit gagang pakisnya…hahaha”. Pengalaman naik ke Puncak Bukit Pesagi adalh pengalamn yang memiliki makna yang teramat dalam bagi kami dan akan selalu tersimpan dihati kami dan tak mungkin terlupakan sepanjang hidup kami.
Tombo Kangen
Tulisan ini aku sajikan sebagai pengobat rindu buat teman-teman jamaah istighotsah AMALLILLAH di BATUMARTA kab.Ogan Komering Ulu yang mendampingi dengan setia perjalananku kepuncak Pesagi, semoga saat ini kita semua dalam lindungan dan rahmat ILLAHI.Meskipun saat ini kita jarang bertemu namun saat-saat kebersamaan di Bukit/Gunung Pesagi tak mungkin terlupakan.