AMALLILLAH
AMALLILLAH sebuah kata
yang terdiri dari dua buah suku kata yakni AMAL yang berarti berbuat dan LILLAH yang berarti karena Allah, atau bila kita terjemahkan secara bebas akan kita dapati pengertian;
bahwa semua amal perbuatan
kita semata mata karena Allah dan hanya untuk mengharapkan ridho ALLAH SWT.
Dalam
pengertian lain kata AMALLILLAH juga dapat diuraikan sebagai berikut;
M anusia
sedunia
A
malkanlah
L
illahita’ala
L
aailahailallah
I
ngatkanlah
L
indungilah
L
impahkanlah hartamu
A
ntarkanlah sebagian hartamu kepada umat
sesamamu
sesamamu
H
arta titipan hak anak yatim,fakir
miskin,dan orang tua jompo
miskin,dan orang tua jompo
Menilik dari
dua perngertian kata AMALLILLAH diatas tentu kita akan berhadapan dengan pintu
gerbang orientasi pemahaman baik secara
filosofis/batiniah maupun secara syariat/lahiriah.
Pemahaman
secara filosofis/batiniah akan menuntun untuk meningkatkan kwalitas ibadah kita
sehingga setiap pemikiran,ucapan dan perbuatan kita seyogyanya berlandaskan
pada etika moralitas dan spiritualitas tanpa pamrih materialitas keduniawian
melainkan semata-mata untuk menggapai
keridhoan ILLAHI ROBBI. Dalam sebuah karya sastra jawa disebutkan Esthining
panembah muhung karono Gusti lan ngupadi ing renaning gusti.
Pengertian
secara syariat/lahiriah dari Amanatkanlah manusia sedunia Amalkanlah,
Lillahita’ala,Untuk lebih memahami makna Lillahi Ta'ala berikut saya sajikan cuplikan dari Nara sumber berikut.
Laaillahailallah menuntun ketauhidan kita bahwa seyogyanya setiap ibadah kita dilandasi totalitas kepasrahan diri untuk sungguh-sungguh terjun, ikhlas tenggelam dan ridho lebur dalam keagungan serta kekuasaan Allah swt (lillahita’ala), kemudian pula setiap ibadah / sembah sujud kita senantiasa dalam haluan syariat mutlak hanya ditujukan kehadirat Allah swt,karenanya tiada tuhan yang patut di sembah selain Allah subhanahuwata’ala ( Laailihailalllah). Yang demikian tentulah sebaik-baiknya kita berhubungan dengan Allah swt yang menciptakan bumi,langit dan seluruh isinya ( habblumminallah ).
Untuk lebih memahami makna Laaillahailallah berikut saya sajikan ulasan yang saya kutip dari sumber di bawah ini:
Lillahi ta’ala
Ma’rifatullah — Mengenal Allah
Lillahi ta’ala maknanya “karena
Allah ta’ala“
Dalam sifat 20 Allah ta’ala kita
paham dan yakin bahwa Allah itu Wujud (ada). Tidak mungkin atau mustahil Allah
ta’ala itu ‘Adam (tidak ada).
Allah itu Qiyamuhi Binafsihi
(Berdiri dengan sendirinya). Mustahil Allah ta’ala itu iftiqoorullah
(Berhajat/butuh) pada makhlukNya.
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Dan tunduklah semua muka (dengan
berendah diri) kepada Tuhan Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus
(makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman”
( QS Thaha [20]:111)
“Hai manusia, kamulah yang
berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) lagi Maha Terpuji.” ( QS Faathir [35]:15)
“Allah, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di
langit dan di bumi” (QS Al Baqarah [2]:255)
Allah Azza wa Jalla, Qiyamuhu bin
Nafsi, Maha Berdiri Sendiri tidak membutuhkan apa-apa pun dari makhlukNya
termasuk “tempat” atau “Arsy” atau “langit” atau “kursi”, sebaliknya kita
membutuhkan Allah Azza wa Jalla.
Manusia atau kita ada namun tidak
berdiri sendiri. Kita itu maujud artinya ada namun karena pengaruh yang lain
yakni karena Allah ta’ala.
Kita ada karena Ar Rahmaan dan Ar
Rahiim nya Allah ta’ala
Coba bayangkan jika seluruh indera
kita seperti penglihatan, pendengaran, penciuman/rasa itu tidak diberikan oleh
Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, apakah kita ada ?
Kita maujud karena Allah ta’ala
, karena Ar Rahmaan dan Ar Rahiim Nya dalam berupa panca indera. Kita
harus bersyukur untuk itu
“Kemudian Dia menyempurnakan
penciptaannya dan Dia tiupkan padanya sebagian dari Roh-Nya dan Dia jadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan dan rasa, tapi sedikit sekali kamu bersyukur”
(QS As Sajadah (32):9)
Begitu pula kita harus bersyukur
atas nikmat Iman dan nikman Islam karena Allah ta’ala , karena karuniaNya,
karena Taufiq dan HidayahNya.
Oleh karenanya segala perbuatan kita (seorang hamba Allah yang bergantung padaNya) haruslah
karena Allah ta’ala bukan karena hawa nafsu dan bukan pula karena selainNya
Kita sholat karena Allah ta’ala
bukan karena surgaNya. SurgaNya adalah ciptaanNya yang adanya pun
karena Allah ta’ala.
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam“. (QS Al An’aam [6]:162 )
SurgaNya bukan lah tujuan namun
sebuah keniscayaan bagi “orang-orang yang beriman kepada Allah dan
berpegang teguh kepada (agama)-Nya”
“Adapun orang-orang yang beriman
kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan
memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan
karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai)
kepada-Nya.” ( QS An Nisaa’ [4]:175 )
Sedangkan
pengertian dari Ingatkanlah,Lindungilah,Limpahkanlah
hartamu,Antarkanlah sebagian hartamu,Harta titipan hak anak yatim,fakir miskin
dan orang tua jompo,adalah
merupakan petunjuk yang jelas agar kita sadari bahwa setiap harta yang kita
miliki tidaklah mutlak milik kita pribadi melainkan ada hak-hak orang lain yang
diamanahkan didalamnya dan wajib kita sampaikan kepada yang berhak, pula
meyiratkan sebuah ajaran agar kita memiliki jiwa sosial kepada sesama. Yang
demikian tentulah sebaik-baiknya kita berhubungan dengan sesama makhluk Tuhan ( habblumminannas ).Laaillahailallah menuntun ketauhidan kita bahwa seyogyanya setiap ibadah kita dilandasi totalitas kepasrahan diri untuk sungguh-sungguh terjun, ikhlas tenggelam dan ridho lebur dalam keagungan serta kekuasaan Allah swt (lillahita’ala), kemudian pula setiap ibadah / sembah sujud kita senantiasa dalam haluan syariat mutlak hanya ditujukan kehadirat Allah swt,karenanya tiada tuhan yang patut di sembah selain Allah subhanahuwata’ala ( Laailihailalllah). Yang demikian tentulah sebaik-baiknya kita berhubungan dengan Allah swt yang menciptakan bumi,langit dan seluruh isinya ( habblumminallah ).
Untuk lebih memahami makna Laaillahailallah berikut saya sajikan ulasan yang saya kutip dari sumber di bawah ini:
Laailaha illallah
Mari
kita mendalami pengertian Lailahailallah. 1. Allah sebagai Rab Kajian allah
sebagi Rab dimasukkan kedalam tauhid Rububiyyah. a. Allah Sebagai Khalik
(pencipta) Simak Qs 2:21 “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang menciptakanmu dan
orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa” kemudian Qs 51:56 “Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku” Mencipta
adalah hak Allah lihat ujung Qs 7:54 “…mencipta dan memerintah hanyalah hak
Allah. …” Yang memiliki kemampuan mencipta hanya Allah, taksatupun mahkluk
diberi wewenang untuk mencipta. Yang bisa dilakukan makhluq hanya mengutak-atik
yang telah ada, melakukan assembling. Kiranya suatu saat manusia dapat membuat
makhluk hidup dengan mencampur berbagai bahan kimia, itupun hanya assembling,
membuat dari yang ada. Hanya memberikan kondisi supaya terjadi kehidupan, sama
halnya dengan manusia dapat memberikan kondisi kepada kematian. Allah dari yang
tidak ada menjadi ada. Lalu muncullah pengertian : LaaKhalika illallah, yang
berarti tiada pencipta selain Allah. Jadi Laailaha illallah juga berarti
LaaKhalika illallah. b. Allah sebagai pemberi Rizki (Ar-Raaziq) Ar-Raaziq berati
juga penjamin, pemelihara sekaligus pemberi rizki. Simak Qs 2:22 “Dialah yang
menjadikan bumi sebagi hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia
menurunkan air(hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rizki untukmu …” selanjutnya simak pula Qs 17:30-31
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rizki kepada siapa yang Dia kehendaki dan
menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan
hamba-hambNya.”(30) “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karean takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” Allah jamin rizki
tiap-tiap mahluknya, siapa takut tidak dapat rizki, rizkinya akan sempit. Kita
samasekali tidak boleh khawatir terhadap rizki yang diberikan Allah, tetapi
kita tidak boleh berpangku tangan, diam menungguh hujan rizki dari langit, kita
harus/diwajib kan berusaha, ikhtiar untuk mendapatkannya. Salah satu rizki yang
jarang diperhitungkan manusia adalah oksigen. Pernahkah kita merenung rizki
oksegen yang kita hirup setiap saat? bagaimana kalau penggunaan oksigen di
charge? Coba anda hitung kita butuhkan oksigen kita 24 jam, lalu harga oksigen,
kemudian hitung berapa uang yang harus dikeluarkan kalau oksigen kita beli
setiap bulan? Tidakkah ikwan berpikir betapa rizki Allah diberikan tanpa
menghitung-hitung. Coba renungkan lagi, renungkan dan renungkan. Kecenderungan
ketakutan untuk tidak memperoleh rizki ini kiranya banyak melanda kita, kita
ragu-ragu bahkan mau-maunya manusia mencari yang tidak halal, termasuk korupsi
yang sedang hangat didiskusikan. Kini orang takut pula punya anak lebih dari
dua, takut rizkinya sempit, padalah Allah menjamin anak-anak itu lihat ayat
diatas, tapi kita RAGU terhadap jaminan Allah ini, keraguan ini menunjukkan
pengertian kita terhadap aqidah masih lemah. Apakah ikhwan RAGU terhadap
jaminan ALLAH ? renungkanlah, lalu jika tidak saya ucapkan selamat, iman ikhwan
telah tegar, bila jawabnya iya, berushalah meningkatkan iman, yakinlah kepada
Allah sepenuh jiwa, hilangkan semua keraguan. Ingat iblis dan pasukannya
menghancurkan pertahanan iman dari keraguan. Berdasarkan ini maka : Laaraziqa
illallah (tiada pemberi rizki kecuali Allah). Jadi Laailaha illallah juga
berarti Laaraziqa illallah. c. Allah sebagai pemilik (Al-Malik) Allah-lah yang
memiliki langit dan bumi dan segala diantara keduanya. Al-Malik berarit juga
rajadiraja. Kerajaan Allah meliputi langit dan bumi. Simak Firman Allah Qs
3:26-27. “Katakallah : Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (26) “Engkau masukkan
malam ke dalam siang dan engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan
yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hdup. Dan
Engkau beri rizki yang Engkau kehendaki tanpa hisab.” (27) Kedua ayat diatas
menunjukkan Maha Kuasa Allah pemilik kerajaan, Dia dapat berbuat apa saja yang
dia kehendaki, berkuasa mutlak. Jadi pada perinsipnya semuanya ini milik Allah,
harta yang kita miliki pada hakekatnya adalah milik Allah yang
dipinjamkan/amanat kepada kita, kelak akan ditanyai amanat itu. Lalu dengan ini
mulcullah: Laamailka illallah. (tiada pemilik kecuali Allah. Apa yang mau
disombongkan Manusia, dia tak punya apa-apa, semuanya milik Allah. Inilah makna
lain Laailaha illallah. Wassalam,
PENGERTIAN
LAILAHAILALLAH (2) 2. Allah sebagai Mulk (Raja di raja) Kajian Allah sebagai
Mulk disebut Tauhidul Mulkiyyah. a. Allah sebagai Mulk (Raja di raja) Mulk
Raja-diraja dalam pengertian berkuasa penuh. Firman Allah Qs 114:2 (surat
Annas) “Malikinnas”- Raja Manusia. Kemudian perhatikan Qs 3:26 tsb. Allah
adalah Raja di raja, tiada raja-diraja melainkan Allah. “Laamulka illallah”
Karena Allah Raja-diraja maka Allah berkuasa mutlak, semua kejadian di alam
yang fana ini atas izin Allah. Mu’jizat para nabi dan rasul, yang seolah-olah
bertentangan dengan sunnatullah (kalau dilihat dari kacamata sunatullah yang
kita kenal) terjadi karena izin Allah. Semua makhluk adalah hambanya. Manusia
adalah hambanya yang paling mulia sekaligus paling bandel. Alangkah sombongnya
manusia itu, sudah dikarunia kemulyaan eh menentang, petantang-petenteng,
sombong, patutlah dia di tindak tegas oleh Allah. Tetapi Ada golongan manusia
yang sangat mulia disisi Allah, dialah orang-orang yang bertaqwa. Allah
berkuasa memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan berkuasa
pula mencabut kekuasaan dari siapa yang dia kehendaki. Allah berkuasa
memuliakan siapa yang dia kehendaki, begitu pula menghinakannya. Berlindung
pada Raja diraja (Allah) dengan kekuasaannya. La hawlawala quwwata illa billa.
b. Allah sebagai pelindung (Al-Waliy) Allahlah pelindung dan penolong
mahlukNya, mintalah perlindungan kepada Allah, niscaya Allah akan melindungi.
Simak Qs 2:257 ” Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan
mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang kafir, pelindung-pelindung
mereka adalah syaitan yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan.
Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.” Tidakkah ikhwan
perhatikan bagaimana Allah melindungi sang bayi yang tidak memilik kekuatan
apa-apa dengan kasih sayang dari orang tuanya? Kemudian muncul LaaWaliyya
illallah – tiada pelindung selain Allah. Inilah makna lain dari Laailaha
illallah. c. Allah sebagai Hakam (yang membuat hukum) Pengakuan Allah sebagi
pembuat hukum harus diakui secara i’tiqadi. Allahlah yang berhak membuat hukum,
hukum-hukum yang kita ikuti harus diturunkan dari hukum Allah sekali tidak
diperkenankan menentang hukum Allah. Konsekuensi orang yang berhukum selain
hukum Allah sangat berat. Simak Qs 5:44-50 “…Barangsiapa yang tidak memutuskan
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir.” (44) “…Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (45) “…Barangsiapa yang tidak
memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah
orang-orang yang fasik .” (47) Lanjutkan baca dengan teliti Qs 44-50 tersebut.
Qs 44-50 merupakan dalil bahwa satu-satunya hukum adalah hukum Allah.
Benar-benar mengerikan kalau kita tidak berhukum selain hukum Allah,
konsekuansinya bisa fasik, zalim ataupun kafir, mengerikan Lalu dapat ditarik
pengertian Laahakama illallah – Tiada pembuat hukum kecuali Allah. Lailaha
illallah juga berarti Laahakima illallah.
PENGERTIAN
LAILAHAILALLAH (3) 3. Allah yang disembah (Ma’bud) Kajian Allah sebagai yang
disembah masuk kategori tauhid uluhiyyah. a. Allah sebagai Ma’bud Allahlah
satu-satunya yang patut disembah. Simak Qs. 51:56 “Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Ikrar “Hanya
kepadaMu-lah kami menyembah dan kepadaMu-lah kami mohon pertolongan.” Qs 1:5
minimal diucapkan 17 kali sehari. Kembali lagi Laama’buda illallah, tiada yang
patut disembah atau diibadati kecuali Allah. Lailaha illallah juga berarti
Laama’buda illallah. b. Allah sebagi tujuan (Al-Ghayah) Simak firman Allah Qs.
94:8 ” Dan hanya kepada Allalah hendaknya kamu berharap (menempatkan tujuan).”
Allahlah tujuan kita, Allahu Ghayatuna. Lailaha illallah juga berarti
Laaghayatu illallah. Bila Ikhwan ingin tahu lebih lanjut penjelasan Allahu
Ghayatuna, lihatlah kalimat pertama ikrar Ikwanul Muslimin, baca penjelasannya.
Camkan pengertian Laailihaillah tersebut, anda sebagi mu’min harus benar-benar
memahami ilmu Laailahaillallah, dan sadar betul konsekuensi ikrar
laailahaillallah tersebut. Rasulullah bersabda (direkord dalam Shahih Muslim)
sbb: ” Man maata wahuwa ya’lamu an lailahailallah dakhalal jannah.” siapa yang
meninggal memiliki ilmu tentang laailahaillallah dia akan masuk sorga. Laailaha
illallah membebaskan semua ketergantungan, kecuali hanya pada Allah. summary 1.
LaaKhaalika illallah —| | LaaRaazika illallah —-| | LaaMaalika illallah —-| |
LaaMulka illallah ——| |———-Laailaha illallah LaaWaaliya illallah —-| |
LaaHaakima illallah —-| | LaaMa’buda illallah —-| | LaaGhoyatu illallah —-|
SUMBER febriaso.wordpress,com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar